Kamis, 29 Juni 2017

Transformers dan Tenderloin Steak.

Transformers itu anomali, if internet is anything to go by, Transformers iku franchise film paling dibenci sejagat, tapi juga paling sukses. Orang suka bertanya kenapa Transformers bisa reviewnya jelek, yang nonton pun bilang jelek, tapi BO nya oke: Ya situ ngapain bayar nonton di-bioskop di minggu pertama? biar bisa hip ngatain film-nya di Internet? Sebelom Last Knight ini, ada 4 film transformers, kalo dari 4 itu, suka 2 benci 2, oke lah, 50/50 kemungkinan suka yg ke-5, tapi kalo dari 4 film itu udah tau benci semuanya, ngapain nonton di-bioskop sih?

Paramount, Hasbro, sama om Michael Bay ngga peduli situ ngenyek film doi di Internet, mereka peduli lo nonton tuh film di minggu2 awal ketika share BO masih gede buat distributor, dibanding di-akhir ketika share lebih gede buat bioskop.

Saya nggak pernah suka Fast Furious, it's as stupid as Transformers, buat without transforming robots.

Duh jadi ngalor ngidul.

Buat saya, Transformers itu revolusioner.

Buat saya yang masa kecil-nya dihabiskan nonton low budget japanese kid's show macem kamen rider dan super sentai, Transformers itu semacam titik balik dimana saya sadar bahwa adegan-adegan mustahil yang ada di-kepala 8 year old me itu mungkin terjadi di-layar lebar.

Bahwa mungkin, entah kapan, One Year War-Saga bisa dibuat live action-nya

Dan harus pake  Desain MG 3.0
Dan sampai mati saya akan berterima kasih pada om Michael.

And i expect no less of a CGI perfection dari action flicks.

DAN ENTAH KENAPA NOBODY IS SAYING SHIT ABOUT MCU SHIT CGI

Spider-man went from this awesome, highly detailed, highly realistic CGI



To this shockingly bad CGI



what the fuck happened? how the fuck we stopped expecting oscar-level special effects from our action movies?

at least DCEU chose a direction and sticking to it, whether you like it or not is a different matters.

Well MCU did chose a direction, in which every single movie is quip-fest without emotional investment.








Jumat, 23 Juni 2017

nestapa

Waktu dulu, waktu jaman kuda gigit besi, temen gw tengah malem ngirimin lagu White Shoes and The Couples Company yang Roman Ketiga, sambil disertai pesan yang kurang lebih intinya, "punya kisah cinta itu tiga kali aja nik".

Youth is a beautiful thing, isn't it?

Waktu itu, 17 tahun, sadar bahwa it'll take more than one relationship to find "it" sudah mbuat abdi merasa dewasa sekali.

9 tahun kemudian, roman kedua saya saja belum mulai, dan jika hitungan saya tepat, yang ngasih lagu juga udah lewat roman ketiga-nya, yah nama-nya masih muda, masih optimis.

Inti dari pesan malam ini adalah; merencanakan boleh, romantisasi sebuah ide yang bahaya.

Ya boleh saja toh, mau-nya cuma menikah sekali, saint seiya sekata, tapi jangan jatuh cinta pada ide menikah - atau ide2 lainnya, tapi karena ini ada hubungannya dengan romansa, jadi sample-nya nikah - sehingga ketika ada yang salah dengan pernikahan, tidak rela melepasnya gitu.

Intinya saya melankolis karena iPod lama saya masih hidup, dan seperti mesin waktu, top25 most played songs-nya belum berubah dari 7-8 tahun yang lalu.