Jumat, 18 September 2015

Salah

Ngobrol sama temen SMA itu cuma bikin galau.

Bukan, bukan karena kita pernah saling naksir, tapi karena tiba2 di tengah obrolan panjang lebar via pesan instan, kita sadar, kita sudah 24.

Kita hidup ya tinggal hidup. Bangun, sarapan, kerja, makan, beol, tidur. Gitu aja terus, rutin, tiap hari, tiba2 udah 24 tahun.

Tiba2 masalah yg kayaknya dulu masih jauh di depan sana, sekarang udah disini, di depan muka.

Tiba2 kita sadar kalau yang lain sudah settle satu2. Meskipun banyak juga yang belum settle, tapi gatau kenapa kok rasanya ketinggalan aja gitu, seolah-olah idup itu balapan. Padahal mah bukan.

Balapan itu start dan finishnya sama, hidup mah mau digimanain bukan balapan.

Startnya beda2, mulai dari yg jelas kayak tanggal lahir, sampe yang abstrak macem garis keturunan. Anak seorang konglomerat tentu lebih bisa mengambil resiko, karena safety netnya lebih kuat. Yang lain mah boro2, kerjaan yg di depan mata aja dulu, ada kredit rumah yang musti dibayar soalnya.

Finishnya apalagi.

Ada yang ga sempet balapan udah finish, ada yang udah ga jelas dan pengen cepet finish aja taoi ga finish2.

Tapi ya gimana, perasaan stuck itu emang ada.

Waktu temen2 lain bahagia dengan hidupnya, saya masih misuh2, sambil dengerin IU, di tengah hutan, buat modal nikah.

Ya bingung juga mau nulis apa, semuanya seliweran di kepala, bingung mau yang mana yang ditulis.


Kamis, 17 September 2015

Pulang

You know those people who always says "relationship means you're stuck in one place"? That's me.

Ga bisa seenaknya situ cabut kerja di pedalaman hutan kalau punya pacar, pasti kangen mulu.

Tainya, masalah ini ga terbatas sama pacar doang, karena saya ndak punya pacar, tp saya kangen guguk saya 


Karena sejak lulus sampe dapet kerja spet nganggur 6 bulan, jadi tiap hari di rumah mulu berdua.

Jam 8 pagi pasti dibangunin, jam 9 kite mamam, kalo mbak lagi di rumah, jalan keliling komplek, abis itu leyeh2 di halaman belakang bedua.

Trus dapet kerja yg harus di tempatin di makassar minimal 2 minggu, bisa lebih, baru hari ke tiga udah kangen si guguk.

Saya mah bisa survive tidur di lantai, cuma pake tiker, ga pake AC.

Tahan saya mah ga buka reddit sebulan, meskipun berasa banget terisolasi.

Tapi rindu euy sama asu kesayangan, padahal mah suka kesel kalo lagi kurang tidur dibangunin jam 8 pagi, tai lah

Minggu, 06 September 2015

Tenonet

i'm a lucky bastard.

hal paling susah ketika seseorang mau mulai berdiri sendiri adalah langkah pertama, kesempatan hampir nihil.

memang banyak lowongan di situs lowongan kerja, tapi itupun mereka selektif.

ratusan ribu orang wisuda S1 tiap tahunnya, mereka masih harus bersaing dengan orang-orang yang wisuda taun lalu, belum lagi mereka yang cukup beruntung bisa kuliah S2. kompetisinya tidak masuk akal.

then here i am.

i didn't came from rich ass family, i came from a well connected family, then out of fucking nowhere i got this short term job, with paycheck i couldn't even dream of.

Work situation sucks, i have to leave home and stay in the middle of fucking nowhere. Work's menial, but the money's good.

Can't remember since when i've changed into this pragmatic bastard.

Job ends in the end of November, then graduation, by then i should have enough money to stry some small business, so there's  that.

Being mainly isolated from metropolitan life have its perks, the best: you don't feel that hectic rush-hour-ish atmosphere

But then you really do feel isolated.