Selasa, 26 Februari 2013

Justifying mickey mouse cup, europa league an any other low level cups

I guess winning a competition, no matter how small it is, will always feels good, no, feels great

Apalagi kalo bukan dadakan, sebelom ikut kita latihan rutin sampe mau mati

Dan akhirnya menang, rasa nya gila banget

Itu yang gw rasain waktu menang Al Izhar Olympic 2009 dulu

Bangun tim 6 bulan lebih, dari 2 kali seminggu jd 3 kali seminggu latihannya, latihan fisik sampe mau muntah, latihan taktik sambil dibentak2 "bodo aktip"

Tapi begitu di lapangan, kita main, kita menang, kita juara, ga ada yang ngalahin bro rasanya

Ngga, gw bukan striker super macem mario gomez, tim gw juga ga bermaterikan bak barcelona U17

Tapi 3 taun bareng emang ga boong, Ibarat kata, 11 orang di lapangan saling ngerti mau nya masing2 itu apa, temen gw bs ngirim pass ke depan cuma berdasarkan rasa percya kalo bola itu bakal gw kejar, dan sebaliknya

Dan waktu kita semua juara, di taun terakhir kita, rasa nya ga ada yang ngalahin, ga percuma, semua yang gw lakuin ga percuma

Itu cuma kompetisi antar SMA satu rayon

Gimana world cup? UCL? Ato yang paling melelahkan, Liga selama satu tahun penuh

Ga kebayang gw perasaan pemain spanyol waktu iniesta ngegolin di final 2010, ato pemain liverpool waktu xabi alonso nyetak gol ketiga setelah ketinggalan 3-0, euforia ngangkat piala, itu ga boong broh

Jadi mau carling cup kek, europa league kek, liga skotlandia kek, yang namanya juara itu rasanya ga ada yg ngalahin, setidak nya sampe konpetisi berikut mulai, kita yang terbaik

Senin, 25 Februari 2013

I guess i have to let go my logic for this one, and expect the unexpected

Minggu, 17 Februari 2013

The art of basa basi

Saya hidup di negara yang penuh basa basi, bahkan sampai butuh ahli untuk menerjemahkan arti basa basi seseorang secara umum

Saya, bukan orang yang pandai berbasa basi, kecuali saya memang kenal secara pribadi dengan seseorang, aneh buat saya untuk berbasa basi

Alasannya? Malas di anggap sok kenal, karena saya malas sm orang yang sok kenal sama saya

Tapi di lingkungan orang dewasa, basa basi menjadi sangat vital

Basa basi sama rekan kantor, teman sejurusan yang ga tau aslinya gimana, sama si gebetan yang kalau mau jujur, kita ga ada perlu apa-apa sama dia selain perlu deket biar bs jd pacar, sukur2 sampai ke pelaminan

Kalo kata orang, saya tipe orang yang seru kalo udah kenal, tapi dingin sama yang baru kenal

Mungkin saya harus sedikit lebih seru sama yang baru kenal
In the ideal world, people would choose a job based on their passion

People would choose their life partner based on personality

But i guess our world is not the ideal world, eh?

Senin, 11 Februari 2013

The Curious Case Of Beautiful People

Good looking people have it easy, it's like playing game of life in easy mode, kata sebuah post di situs lelucon 9gag

Saya penasaran apa rasanya jadi mereka yang di anugerahi paras rupawan.

Saya tidak pernah merasa punya privilege untuk bangga dengan penampilan fisik saya, tapi kalo kata orang, setidaknya bentukan saya ga bikin mata sepet, dan kalo lagi ngelamun ganteng, sayang saya lebih sering petakilan daripada melamun, jadi jujur, saya tidak tahu rasanya hidup dengan segala privilege paras indah

"Orang cantik dan ganteng itu, tau mereka "indah", ratusan orang muji mereka dari kecil, bullshit kalo mereka ga sadar mereka indah dilihat"

Kata seorang teman yang stres dikacangin gebetan barunya yang memang secara fisik agak surreal

Saya bukan anak psikologi, tapi saya tertarik menerka apa yang ada di kepala mereka, tapi dari banyak kasus, yang saya tahu, mereka kompetitif dan sering merasa di atas segalanya

Kesimpulan tersebut saya ambil dari banyaknya situs pick up artist yang menyarankan untuk acuh sama si cantik kalo lagi pengen deket, kenapa? Katanya, "karena kalo lo muja dia, lo ga lebih dari puluhan curut fans dia di jejaring sosial, lo harus menempatkan diri lo sejajar sama dia" oh the dating world and their unwritten rules

Jadi sikap acuh kita men trigger subconscious dia untuk berpikir "ih, nih laki kok ngacangin gw, yg laen ngejar2 gw, idih"

Dan setelah itu, muka lo akan ada di kepala dia sebagai orang yg harus dia taklukan, dan setelah itu? Tinggal pinter2nya lo untuk acuh, tapi peduli, tarik ulur kek layangan

Melihat pola ini, orang yang rupawan dan merasa rupawan, punya masalah yang sama dengan orang kecerdasan di atas rata2 atau merasa cerdas, mereka bosan

Si cantik dan tampan bosan karena dengan kedipan mata, mereka bisa mendapatkan banyak hal, si pintar bosan, karena dia menganggap seluruh dunia bodoh

Mungkin saya ga ganteng, tapi saya masuk golongan sok pinter yang bosen sama masyarakat, saya bosan

Minggu, 10 Februari 2013

Hai kamu kamu yang medioker

Akui saja lah kawan, saya, kamu, dia, kita semua, adalah orang biasa, medioker.

Fakta bahwa kita semua adalah manusia biasa nan medioker begitu menakutkan dan menjijikan, mengingat betapa kita, dari kecil sering diperlakukan spesial, kenyataan mediokritas tentu sangat menakutkan.

Karena itu, saya, kamu dan dia, kita semua, berusaha melakukan apapun agar kita, bisa setidaknya berada satu tingkat di atas mediokritas.

Menggunakan gadget mahal nan canggih, yg jujur, kadang juga anda tidak bisa menggunakannya kan? Mengendarai mobil atau motor state of the art, yg jujur saja, anda tidak punya kemampuan untuk mengeluarkan potensi kendaraan tersebut, mendengarkan musik unik, yg sebenarnya anda tidak tahu kenapa anda mendengarkan musik itu, menjadi seorang fashionista, ustadz, pastur, pendeta, biksu, dan menjadi orang sok reflektif, kayak saya.

Blog ini, adalah usaha saya untuk lari dari mediokritas, saya ingin terlihat lebih humoris, kritis dan tentu reflektif dari manusia kebanyakan

Begitu juga identitas kalian, genre musik, gaya berpakaian, kendaraan, gadget, semua adalah usaha kita semua untuk lari dari mediokritas.

Kita menolak menjadi medioker, menolak fakta kalau kita memang tidak spesial, karena kalo saya, kamu atau dia memang the chosen one, saya, kamu atau dia akan ada di panggung nobel, grammy atau academy awards, bukan dirumah, berusaha untuk lulus kuliah, lalu kerja yg memberikan gaji lebih kecil dr uang jajan dari orang tua anda selama kuliah.

Namun fakta nya perih, saya, kamu dan dia adalah medioker.

Namun tidak bisa di pungkiri, usaha manusia untuk lari dari mediokritas itu lah yg menyebabkan peradaban kita berkembang sampai pada tahap ini.