Saya percaya, sebagian besar masyarakat yg merasa beda, sebenernya sama2 aja, kalo bener2 beda? Kenapa bisa ada komunitasnya?
Apa sih sebenernya "mayoritas"?
Saya percaya masyarakat itu kumpulan minoritas, buktinya mereka punya inner circle super kecil yg impenetrable, sebuah minoritas, kecil.
Saya percaya orang2 yg sok tampil beda dengan belanja di tempat macem aksara atau goodsdept, seenernya ga beda2 bgt, buktinya saya bisa buat kesimpulan kalo mereka adalah kaum A, dari cara berpakaian, karena memang banyak yang seperti mereka, yang merasa beda
Perbedaan sebenarnya bukan di fisik, tapi di level intelektualitas, bukan akademis, tapi nalar, seberapa sering anda menggunakan nalar anda.
Saya percaya bahwa manusia pada umumnya sama, kenapa mall penuh pada weekend, karena ribuan orang berpikir hal yang sama, mengapa motor banyak? Karena jutaan orang yang punya uang lebih berpikir sama
Kurangnya budaya berpikir kritis, khususnya di Indonesia, my "loveable" nation/country/whatever, membuat banyak orang nalarnya seperti tidak jalan
Semua beli motor, semua beli honda CRV, semua beli BB, semua dukung manchester united/chelsea atau apapun klub yg identik dengan "easy money easy win jd bisa mencerca fans setia yang memang peduli klubnya", semua berpakaian sama, kemeja kotak celana cino/chino*gatau nulisnya* potong rambut cepak gaul
Semua seragam, yang beda di seragamkan karena diluar "nalar" cetek nan sederhana orang kebanyakan, banyak sebutan bagi yang beda, freak, aneh, culun.
Menurut saya culun sejati adalah orang yang tidak punya identitas, dan demi medapatkan identitas tersebut, mereka mengikuti tren, yang seringkali bodoh buat "nalar" saya, dan beberapa teman yang memang memakai nalarnya
Ketik fungsi dikalahkan tampilan luar, function follow form.
Sebuah usaha untuk berbeda namun berujung tragis pada keseragaman yang menjijikan.
Dan menurut saya "beda" sejati bukan beda karena dia INGIN berbeda, itu sebuah rasa inferior, merasa bahwa yang seragam itu culun, INGIN tampil beda lalu berakhir tragis jadi sama dengan orang2 yang INGIN beda, "beda" sejati adalah orang karena dia MEMANG beda, dia ingin sama, tapi dia berbeda
Saya bisa menebak gaya hidup seseorang dari cara berpakaiannya, musiknya, semua atribut luar diri seseorang, bukan, saya bukan "menjudge", murni sebuah holmesian deductive reasoning, bahwa P maka Q, bila Q maka R, sama dengan P maka R. Sebuah logika matematika sederhana.
tapi sampai sekarang saya belum menemukan orang yang seperti saya
Yang membeli pakaian berdasarkan fungsi bukan fashion, memilih mobil berdasarkan value for money bukannya resale value, yang memilih memiliki sedikit teman namun sangat dekat.
Saya ingin jadi orang kebanyakan yang bisa dengan mudahkan di bodohi oleh iklan dan pencitraan murahan, yang bisa di kendalikan oleh paham kebanyakan, life seems easier for them, but i can't, my mind keeps asking why why why why, I'm being a narcissi here, but yeah, I am not most of them.
Cogito ergo sum